Bandara Yeburwo bekas peningalan PD.II
Pertempuran Numfor
|
|
Bagian dari Perang
Dunia II
|
|
Numfor, 12 Juli 1944. Seorang serdadu AS menunjuk ke arah di mana pasukan Jepang menarik diri, kepada seorang rekannya yang memegang sebuah walkie talkie. (Fotografer: Allan F. Anderson.) |
|
Pihak yang terlibat
|
|
|
|
Komandan
|
|
Walter Krueger
Edwin D. Patrick (darat)
Russell S. Berkey (laut) Frederick Scherger (udara) |
|
Kekuatan
|
|
10,000
|
2,000
(perkiraan AS)
|
Korban
|
|
66
tewas/hilang;
343 luka-luka |
~1,714
tewas;
186 ditawan |
Pertempuran Numfor merupakan sebuah pertempuran Perang Dunia
II yang terjadi di Pulau Numfor,
di Papua,
Hindia
Belanda, pada 2 Juli hingga 31 Agustus 1944. Pasukan Amerika
Serikat dan Australia menyerang untuk menguasai sejumlah pangkalan pasukan
Jepang di pulau itu.
Latar Belakang
Wilayah pulau Numfor berbentuk eliptis, nyaris bundar.
Pulau ini kira-kira berdiameter 11 mil (18 km) dan dikelilingi oleh terumbu
karang . Medan pulau tersebut didominasi oleh
batu kapur dan undak koral, dan dipuncaki oleh sebuah bukit setinggi 670 kaki (200 m) yang berselimut hutan
tropis, seperti juga kawasan interiornya. Numfor terletak di sebelah utara Teluk Cenderawasih (Geelvink Bay), di antara Pulau Biak
dan pantai timur Semenanjung Kepala Burung (Semenanjung
Vogelkop), di daratan utama Pulau Papua.
Pulau tersebut dikuasai oleh pasukan Jepang pada bulan
Desember 1943. Populasi penduduk asli waktu itu berjumlah sekitar 5000 orang,
dan mayoritas dari mereka menjalani kehidupan secara subsistens di desa-desa
pesisir. Pulau ini juga ditempati oleh 1.100 orang
pekerja yang dibawa ke Numfor oleh pihak militer Jepang: sebuah unit pekerja
bantu dari Taiwan berkekuatan 600 orang, serta 500 pekerja warga sipil
Indonesia. Menurut sejarah resmi AD AS, sekitar 3.000 orang lelaki, perempuan,
dan anak-anak Indonesia dibawa lewat kapal ke Numfor oleh pihak militer Jepang Kebanyakan datang dari Surabaya
dan kota-kota besar lain di Pulau Jawa. Para warga sipil dari Pulau Jawa ini dipaksa
untuk membangun jalan dan lapangan terbang, mayoritas dengan alat bantu
seadanya. Mereka hanya menerima sedikit makanan, pakaian, ataupun perawatan
medis. Banyak dari mereka mencoba mencuri suplai militer Jepang, dan dieksekusi
karenanya. Yang lain tewas karena kelaparan dan terkena penyakit yang mestinya
mudah diobati. Mereka yang selamat juga mengklaim bahwa sejumlah pekerja asal
Jawa yang sakit malah dikubur hidup-hidup. Para pekerja dari Formosa awalnya
berjumlah 900 orang. Mereka juga bekerja pada proyek konstruksi lapangan
terbang dan jalan, serta menerima setengah jatah ransum yang diberikan kepada
prajurit reguler Jepang. Ketika mereka sakit karena kelelahan, kelaparan, atau
terkena penyakit tropis, mereka dipindahkan ke sebuah kamp pemulihan. Mengutip
kata-kata sejarah resmi AS: "Di sana, ransum mereka kembali dipangkas
setengah, dan selimut yang disediakan hanya cukup bagi sepersekian pekerja yang
tinggal di kamp itu. Perawatan medis hanya diberikan pada kasus-kasus yang
terburuk, itupun dalam porsi yang tak memadai Pihak militer Jepang membangun tiga
lapangan terbang di pulau itu, sehingga mengubahnya menjadi sebuah pangkalan
udara yang signifikan.
Lapangan
Terbang Kornasoren/Yeburwo, yang terletak di ujung utara pulau itu
Lapangan
Terbang Kameri, di tepi barat laut pulau itu,
Lapangan
Terbang Namber, di pesisir barat pulau itu.
Pengeboman atas pulau itu oleh Bombing of the island
by the USAAF dan RAAF dimulai sejak April 1944.
Numfor juga digunakan sebagai daerah singgahan untuk
pasukan Jepang yang bergerak untuk memperkuat
Biak, yang diinvasi oleh Sekutu pada bulan Mei 1944. Kapal-kapal
pendarat Jepang bisa berlayar dari Manokwari
ke Numfor, yang jaraknya sekitar 60 mil laut (110 km), dalam satu malam.
Pasukan Jepang di Biak akhirnya ditaklukkan pada tanggal 20 Juni.
Dalam menggambarkan persiapannya bagi kampanye di
Papua Barat, Jenderal Douglas MacArthur menulis dalam memoarnya, : "
Invasi atas
Holandia menandai sebuah perubahan besar dalam tempo serangan saya
ke arah barat. Serangan-serangan berikutnya terhadap Wakde, Biak,
Noemfoor, and Sansapor dilaksanakan
dalam urutan yang cepat, dan tak seperti kampanye sebelumnya, saya tak berupaya
untuk menyelesaikan seluruh fase dari sebuah operasi terlebih dulu sebelum
bergerak menuju sasaran berikutnya."
Akhirnya, Numfor dipilih sebagai sasaran invasi karena
empat alasan:
Para
panglima sekutu berkeyakinan bahwa pasukan Jepang yang ditempatkan di sana
jumlahnya kurang dari satu batalion;
Sekutu
mengalami kekurangan kapal amfibi, dan Numfor bisa direbut tanpa operasi skala
besar;
Pulau itu
juga memiliki jumlah terbesar lapangan terbang yang berguna dalam kawasan yang
luasnya paling kecil;
pertahanan
udara Jepang di Papua Barat nyaris tak perlu diperhitungkan lagi. (Pada akhir
bulan Juni, markas besar RAAF melaporkan bahwa walaupun lapangan terbang Namber
dan Kamiri masih berstatus aktif, keduanya nyaris tak pernah digunakan, serta
sebuah estimasi "yang mungkin terlalu bermurah hati" menyatakan hanya
ada 19 pesawat pengebom dan 37 pesawat pemburu Jepang masih berada di Papua.)
Gelar Pasukan
MacArthur memilih Resimen Tim Tempur ke-158, yang
terutama mewadahi unit-unit dari National Guard Arizona, dengan komandan Mayor
Jenderal Edwin D. Patrick, untuk menyerang pulau tersebut dalam "Operasi
Cyclone", sejak 2 Juli.
Pada pertengahan Juni, Grup Operasional No. 10 RAAF,
yang dipimpin oleh Komodor Udara Frederick Scherger, ditunjuk sebagai unit
pengendali AU Sekutu untuk Operasi Cyclone. Unit-unit USAAF yang di-BKO-kan ke
GO ke-10 bagi invasi itu a.l.: Grup Pemburu ke-58 dan Grup Pemburu ke-348 serta
Grup Pengebom ke-307, ke-309, dan ke-417.
Kekuatan invasi berjumlah 8.000 orang itu — yang
terutama terdiri dari RTT ke-158 dan Wing Kerja RAAF ke-62 — diberi nama Gugus Tugas Cyclone. Sebuah
kontingen personel administrasi Belanda berkekuatan 40 orang juga
diikutsertakan.
Lawan yang mereka hadapi adalah sekitar 2.000 serdadu
Jepang, kebanyakan dari Resimen Infantri ke-219 selain juga dari Resimen
Infantri ke-222, yang sedang transit dalam perjalanan ke Biak. Semua pasukan
itu dikomandani oleh Kolonel Suesada Shimizu, yang juga merupakan komandan
Resimen ke-219.
Pada awal bulan Juli 1944, ada berbagai jenis pesawat
Jepang yang berada di Pulau Numfor. Kelihatannya sejumlah elemen dari 61°
Hiko Sentai ("Grup
Udara No. 61"), khususnya yang menerbangkan pesawat pengebom Mitsubishi
Ki-21 ("Sally"), ditempatkan di Kameri. (Tapi,
pesawat-pesawat Jepang tak memainkan peran penting dalam pertempuran yang
terjadi kemudian; lihat di bawah ini.)
Invasi
Sejak 2 Juli, pukul 4.30 pagi, kapal-kapal perang dari
Gugus Tugas AS-Australia, yaitu Gugus Tugas75 dan Gugus Tugas 74, di bawah
komando Laksamana Muda Russell S. Berkey, melakukan pembombardiran atas
sejumlah posisi Jepang di Numfor. Saat itu, TF 74 untuk pertama kalinya
dikomandani oleh Komodor John Augustine Collins, sehingga dirinya menjadi
lulusan pertama Akademi AL Australia pertama yang mengomandani sebuah skadron
laut dalam medan tempur.
Pada pukul 8.00 pagi, RTT ke-158 didaratkan ke pantai
oleh Gugus Tugas 77, yang terdiri dari sejumlah LCM (Landing Craft Mechanized]
dan LCT (Landing craft tank) di bawah komando Laksamana Muda William Fechteler.
Pendaratan awal tersebut dilakukan di dekat Lapangan Terbang Kamiri, di ujung
barat laut pulau itu. Walaupun pulau tersebut dikelilingi oleh "cincin
koral yang nyaris menyatu kukuh," para wartawan melaporkan bahwa korban
pasukan yang jatuh sebelum mencapai pantai "nyaris tak ada.".
Kendatipu pihak militer Jepang telah melakukan
persiapan ekstensif untuk mempertahankan kawasan Kamiri, tak banyak perlawanan
yang muncul di Lapangan Terbang Kamiri. Mengutip sejarah resmi AL AS:
"para serdadu Jepang yang ditemukan di sekitar lapangan terbang itu sangat
dikejutkan oleh efek pembombardiran tersebut, sehingga tak ada lagi semangat
perlawanan yang tersisa dalam diri mereka." Kamiri berhasil direbut hanya
beberapa jam setelah pendaratan dilakukan. Sejumlah laporan memberi indikasi
bahwa sekitar 45 serdadu Jepang tewas, dan sekitar 30 pesawat Jepang berhasil
direbut, walau semuanya dalam kondisi rusak setelah pembombardiran dan
pengeboman yang dilakukan sebelumnya.
Pada hari berikutnya, sebagai antisipasi atas
perlawanan Jepang di kawasan lain, 2000 pasukan para dari Resimen Infantri AS
ke-503 diterjunkan ke pulau itu.
Lapangan Terbang Yeburwo, pangkalan kedua yang
direbut pasukan AS, berhasil diamankan pada 4 Juli. Pada hari yang sama,
elemen-elemen perdana Grup Operasional No. 10 tiba di Numfor. Serangan udara
Jepang baru terjadi pada 4 Juli malam, ketika sebuah pengebom ringan
menjatuhkan tiga bom di dekat Kamiri tanpa menghasilkan kerusakan apa-apa. Beberapa
hari kemudian, empat pesawat pemburu bermesin tunggal menjatuhkan sekitar 40
bom bakar yang menyebabkan sejumlah kerusakan pada beberapa peralatan Sekutu.
Pada 5 Juli, pasukan darat Jepang melancarkan sebuah
serangan balik yang berhasil digagalkan. Pada hari yang sama, sebuah detasemen
AS dari Numfor berhasil mengamankan Pulau Manim, sebuah pulau
yang bertetangga dengannya. Namber Airfield came under Allied control, without
resistance, on July 6. The island was officially declared secure on July 7.
Tapi, sejumlah serdadu Jepang secara sendiri-sendiri terus melancarkan kegiatan
gerilya, dan segala aktivitas pertempuran baru berakhir pada 31 Agustus.
Korban
Pada 9 Juli,
The New York Times melansir bahwa total
korban tewas Jepang berjumlah 871, sementara yang ditawan berjumlah 24, dan
juga menyatakan bahwa 144 pekerja paksa dari Jawa yang ditawan Jepang saat itu
telah dibebaskan.[27]
Jumlah korban Amerika sendiri dikategorikan sebagai "sangat ringan."
Per 31 Agustus, Gugus Tugas Cyclone menderita korban
sejumlah 66 orang tewas atau hilang dan 343 luka-luka. Gugus tugas itu
diperkirakan telah menewaskan 1.714 serdadu Jepang dan menawan 186 orang.
Menurut sejarah resmi AD AS, hanya 403 orang dari
jumlah total 3.000 orang pekerja paksa sipil asal Jawa yang masih hidup pada 31
Agustus. Sekitar 10-15 orang dilaporkan terbunuh secara tak sengaja oleh
pasukan Sekutu. Sisanya tewas karena buruknya perlakuan Jepang sebelum invasi.
Sekitar 300 pekerja asal Formosa tewas sebelum invasi
berlangsung. Yang lainnya bertempur melawan Sekutu, diduga karena paksaan pihak
Jepang. Sekitar 550 orang menyerah, dan dari angka ini lebih dari separuhnya
menderita kelaparan dan berbagai penyakit tropis. Kurang dari 20 orang terbunuh
oleh aksi militer Sekutu.
Menurut sejarawan AD AS, personel Sekutu menemukan
bukti adanya mayat manusia, dari personel militer Jepang, Formosa, dan Sekutu,
yang sebagiannya telah dimakan oleh serdadu Jepang dan Formosa yang kelaparan.
Setelah Invasi
Pekerjaan perbaikan lapangan dan konstruksi lapangan
terbang oleh RAAF dan Korps Zeni AD AS dimulai pada 2 Juli.
Pada 6 Juli sore, sebelum penghentian penghentian
secara formal operasi tempur di darat, sebuah skadron pemburu RAAF yang
menerbangkan pesawat P-40 mendarat di Kamiri
untuk mendukung operasi di Numfor dan menjadi unit AU Sekutu pertama yang
berpangkalan di sana.
Lapangan Terbang Namber dinilai terlalu menyulitkan
dan bermutu buruk sehingga tak bisa digunakan secara efektif oleh pesawat
Sekutu. Lapangan terbang itu ditelantarkan, dan Sekutu memilih untuk melakukan
ekspansi dan perbaikan di Kornasoren. Pada 25 Juli, sebuah grup pemburu USAAF
yang menerbangkan pesawat P-38 berhasil mendarat di sana. Pada 2
September, dua landasan paralel sepanjang 7.000 kaki (2,100 m) berhasil diselesaikan;
tak lama kemudian sejumlah pesawat pengebom berat B-24 mulai beroperasi dari Lapangan
Terbang Kornasoren untuk menyerang fasilitas perminyakan Jepang di Balikpapan,
Kalimantan.
Referensi
1.^ Gill, G. Hermon. "Bab
14—The Assault Armadas Strike". Royal Australian Navy, 1942–1945 (1st
edition). Australia in the War of 1939–1945. Canberra: Australian War Memorial.
hlm. 442. Diakses pada 22 Januari 2008.
2.^ a b c d e f g "Noemfoor (Noemfoer)
Island". Pacific Wreck Database. Diakses pada 26 Desember 2007.
3.^ a b Last Noemfoor Air Base Seized. Chicago
Daily Tribune. 8 Juli 1944. Diakses pada 26 Desember 2007
4.^ a b c Smith, Robert Ross. "Operations
on Noemfoor Island". United States Army in World War II: The War in the
Pacific; The Approach to the Philippines. Chapter XVII. Washington, D.C.:
United States Army Center Of Military History. hlm. 397. Diakses pada 22
Januari 2008.
5.^ Kluckhohn, Frank L. (1944-07-04).
Doughboys Land on Numfor, Swiftly Win Main Airfield. New York Times. Diakses
pada 26 Desember 2007
6.^ Smith, Robert Ross. "Operations on
Noemfoor Island". United States Army in World War II: The War in the
Pacific; The Approach to the Philippines. Chapter XVII. Washington, D.C.:
Center Of Military History, United States Army. hlm. 400.
7.^ a b c Japanese Forced Into Hills in New
Guinea; Try Flanking Move to Escape Aitape Trap. The New York Times. 20 Juli
1944. ISBN 1504769. Diakses pada 26 Desember 2007
8.^ a b c d e f g h i j k Smith, Robert Ross.
"Operations on Noemfoor Island". United States Army in World War II:
The War in the Pacific; The Approach to the Philippines. Chapter XVII.
Washington, D.C.: Center Of Military History, United States Army. hlm. 421–2.
9.^ a b "American Missions Against
Noemfoor Island [General References"]. Pacific Wreck Database. Diakses
pada 26 Desember 2007.
10.^ Bayonets Westward. Chicago Tribune. 18
September 1964. Diakses pada 26 Desember 2007
11.^ Odgers, George (1968) [1957].
"Chapter 15—To Noemfoor and Morotai". Air War Against Japan,
1943–1945. Australia in the War of 1939–1945. Canberra: Australian War
Memorial. hlm. 236–7. Diakses pada 31 Januari 2008.
12.^ a b Chen, Peter C.. "WW2DB: New
Guinea Campaign". World War II Database. Diakses pada 26 Desember 2007.
13.^ Gen. Hanford MacNider Dies; Hero of 2
World Wars Was 78. The New York Times. 18 Februari 1968. ISBN 1518594. Diakses
pada 26 Desember 2007
14.^ Odgers, George (1968) [1957].
"Chapter 15—To Noemfoor and Morotai". Air War Against Japan,
1943–1945. Australia in the War of 1939–1945. Canberra: Australian War
Memorial. hlm. 237.
15.^ Kemudian dikenal sebagai Wing (Konstruksi
Lapangan Terbang) No. 62
16.^ a b "Japanese Operations at Wakde
Island Aerodrome". Pacific Wreck Database. Diakses pada 3 Februari 2008.
17.^ a b c Gill, G. Hermon. "Chapter
14—The Assault Armadas Strike". Royal Australian Navy, 1942–1945 (1st
edition). Australia in the War of 1939–1945. Canberra: Australian War Memorial.
hlm. 443.
18.^ Gill, G. Hermon. "Chapter 14—The
Assault Armadas Strike". Royal Australian Navy, 1942–1945 (1st edition).
Australia in the War of 1939–1945. Canberra: Australian War Memorial. hlm. 4.
19.^ a b Smith, Robert Ross. "Operations
on Noemfoor Island". United States Army in World War II: The War in the
Pacific; The Approach to the Philippines. Chapter XVII. Washington, D.C.:
Center Of Military History,United States Army. hlm. 408.
20.^ Gill, G. Hermon. "Chapter 14—The
Assault Armadas Strike". Royal Australian Navy, 1942–1945 (1st edition).
Australia in the War of 1939–1945. Canberra: Australian War Memorial. hlm.
442–3.
21.^ a b Veysey, Arthur (1944-07-04).
MacArthur Invades New Isle Off Guinea, Takes Air Field. Chicago Daily Tribune.
ISBN 6033662. Diakses pada 26 Desember 2007
22.^ a b Smith, Robert Ross. "Operations
on Noemfoor Island". United States Army in World War II: The War in the
Pacific; The Approach to the Philippines. Chapter XVII. Washington, D.C.:
Center Of Military History, United States Army. hlm. 411.
23.^ Morison, Samuel Eliot (2002). "New
Guinea and the Marianas, March 1944 - August 1944". History of United
States Naval Operations in World War II. Volume Eight. University of Illinois
Press. hlm. 138. ISBN 9780252070389. Diakses pada 22 Januari 2008.
24.^ Smith, Robert Ross. "Operations on
Noemfoor Island". United States Army in World War II: The War in the
Pacific; The Approach to the Philippines. Chapter XVII. Washington, D.C.:
Center Of Military History, United States Army. hlm. 412.
25.^ a b Odgers, George (1968) [1957].
"Chapter 15—To Noemfoor and Morotai". Air War Against Japan,
1943–1945. Australia in the War of 1939–1945. Canberra: Australian War
Memorial. hlm. 239.
26.^ a b Yanks Occupy Isle Flanking Noemfoor
Japs. Chicago Daily Tribune. 7 Juli 1944. ISBN 6033692. Diakses pada 26
Desember 2007
27.^ a b "Very Light" Losses
Suffered At Numfor. The New York Times. 9 Juli 1944. ISBN 1508663. Diakses pada
26 Desember 2007
28.^ Smith, Robert Ross. "Operations on
Noemfoor Island". United States Army in World War II: The War in the
Pacific; The Approach to the Philippines. Chapter XVII. Washington, D.C.:
Center Of Military History, United States Army. hlm. 422.
29.^ a b c Smith, Robert Ross.
"Operations on Noemfoor Island". United States Army in World War II:
The War in the Pacific; The Approach to the Philippines. Chapter XVII.
Washington, D.C.: Center Of Military History, United States Army. hlm. 423.